Selasa, 22 Juli 2008

Mempertegas Perjuangan HMI

Oleh : Sugeng Rohadi

Tulisan ini apresiasi tanpa henti dari seorang kader terhadap masa depan organisasinya. Tentu saja hal ini berhubungan erat dengan dinamika sosial kemasyarakatan, baik secara menyeluruh kepada bangsa Indonesia maupun kota Pontianak yang sebentar lagi menyelenggarakan pilwako. Demokrasi ini diharapkan mampu memberi pelajaran berharga bagi perjalanan organisasi HMI, khususnya HMI Cabang Pontianak.

Riak-riak perubahan yang disuarakan oleh para tokoh pemuda, mahasiswa, masyarakat, orang tua, buruh, petani, pemulung, dan anggota dewan beberapa waktu belakangan ini adalah satu dari sekian banyak degradasi kepercayaan terhadap sebuah perubahan dinamika sosial yang dalam bahasa Robert Mirsel (2004) disebut sebagai destrukturisasi dinamika sosial kemasyarakatan.

Tentunya, dinamika perubahan sistematis yang relevan dengan enzimisasi moral manusia seiring dengan degradasi moral bangsa akan sangat berdampak pada proses penentuan arah dan tujuan yang jelas perjalanan sosial kemasyarakatan. Dengan demikian, sistematisasi ideologi perubahan menjadi sangat mudah untuk dimanipulasi atau dijadikan kedok dalam meniti realitas organisasi yang independen-fungsional.

Dunia politik yang semakin memanas dan meningkat suhu persaingan antar elite politik memicu adrenalin untuk selalu memanfaatkan momen terpenting ini. Berbagai cara coba dilakukan bukan saja dalam hal menarik minat simpatisan, tetapi juga pada proses mohon pengawalan baik secara individu ataupun kelompok. Pentas demokrasi tertinggi bangsa, juga telah melibatkan sebagian besar anak muda bangsa ini pada alur 'politik praktis' yang mengarah pada persaingan yang menghalalkan segala macam cara untuk menggapai kekuasaan. Dengan demikian orientasi logika sejak dini sudah dipacu dengan hal-hal praktis yang mengfakibatkan pada degradasi logika; dalam artian pemenuhan kemenangan dan usaha jangka pendek. Tetapi demikianlah dinamika kebangsaan yang harus kita hadapi secara bersama-sama.

Dalam dunia pendidikan juga telah terjadi hal yang sama. Kuota pemenuhan kebutuhan yang seharusnya meningkat setiap tahunnya penetapan anggaran, seakan hanya basa-basi sesaat yang secara identitas politik akan memunculkan 'manusia setengah dewa' dengan janji-janji yang entah kapan terlaksana. Belum lagi jika kita melihat bagian timur Indonesia yang masih sangat jauh dari pembangunan. Sedangkan kenyataannya, masyarakat timur Indonesia juga tidak kalah lebih baik hasil buminya - bukan saja dari sisi jumlah tetapi juga pada aspek potensi dan amunisi - yang terkadang kurang mendapat perhatian yang serius oleh pemerintah.

Ini adalah potret bangsa Indonesia yang secara minimalis membutuhkan penghargaan atas penyetaraan kesejahteraan sebagai anak bangsa. Dan tentu saja, tidak habis sampai disitu; berbagai masalah juga menimpa daerah (propinsi) dimanapun kita berada. Dan Kalimantan Barat adalah satu dari beberapa propinsi yang juga turut merasakan ketidakmerataan tersebut. Infrastruktur adalah salah satu dari sekian problem kemasyarakatan yang tampak jelas. Dengan kendala tersebut mengakibatkan program penyejahteraan masyarakat pada daerah-daerah terpencil maupun pinggiran kota kadang terkendala secara teknis. Hal semacam ini sudah tidak tabu lagi untuk dikonsumsi oleh masyarakat, hanya saja bagaimana kita kemudian menimbulkan obsesi positif atas kendala tersebut.

Demikian kompleknya masalah yang ada pada bangsa ini. Secara sederhana, problem seperti ini juga terkontekstualisi dalam dinamika dalam ruang lingkup kecil, yakni organisasi. Tak terkecuali Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai satu dari ribuan organisasi perkaderan yang ada dan diakui di Indonesia. Organisasi yang didirikan oleh Lapran fane pada 1947 ini termasuk organisasi kemahasiswaan tertua di Indonesia, yang secara historis telah banyak berkontribusi dalam percaturan sosial, agama, politik, dan budaya bangsa. Keberadaannya sampai dengan detik ini menunjukkan bahwa kualitas kader-kadernya dapat disejajarkan oleh kalangan elit politik bangsa. Dinamika yang dimainkan juga terbukti mumpuni guna mempertegas identitas organisasi, umat dan bangsa.

Bukan tanpa rintangan. Problem internal kerap kali memicu emosi pembubaran organisasi, mentalitas serta penentuan arah organisasi dalam dinamika sosial kemasyarakatan bangsa Indonesia. Permasalahan-permasalahan eksternal juga kerapkali memaksa HMI untuk turut berpikir cerdas, cepat dan tepat mengambil sikap. Orientasi seperti inilah yang kemudian diusahakan oleh segenap kalangan HMI untuk terus meningkatkan prestasi dan nilai jual sebagai fungsionaris umat dan bangsa.

HMI - mulai dari struktur Pengurus Besar (PB) sampai pada Pengurus Komisariat mengalami hal yang sama berkaitan dengan mentalitas anggota dan kader - yang sangat mempengaruhi segala bentuk aktivitas berorganisasi. Ghiroh dan komitmen adalah hal dasar yang akan mempertegas identitas siapa sebenarnya kita. Karena tanpa hal itu, maka kita akan menjadi pecundang-pecundang organisasi yang selalu berpikir negatif dan picik tentang realita yang menyelimuti perjuangan HMI.

Problem ini mengharuskan kita untuk kembali mempertegas arah organisasi agar kita tidak terkesan 'mengekor' atau 'plin-plan' dalam mengambil segala kebijakan-kebijakan serta berusaha sekuat tenaga untuk memunculkan inovasi-inovasi yang lebih kreatif dan efisien bagi pembentukan mentalitas anggota dan kader agar lebih militan dan solid. Membangun dan memantapkan kembali ghiroh perjuangan yang mulai runtuh dan membangun komitmen bersama bahwa HMI adalah bukan saja milik pribadi, tetapi milik kita bersama sebagai anggota, kader, dan masyarakat. Dengan demikian akan terbersit pemikiran bahwa; baiknya HMI hari ini adalah kebaikan kita bersama dan buruknya HMI hari ini adalah keburukan kita bersama secara pribadi maupun kelompok.

Re-orientasi ini yang diharapkan kemudian dapat tercover dan memberikan pemahaman yang bukan saja secara fisik tetapi tentu saja secara psikis. Harapan besar dengan terbentuknya mentalitas yang kokoh, ghiroh yang eksis, dan komitmen yang tinggi terhadap perbaikan dan perubahan akan menuntun segenap masyarakat Indonesia, khususnya seluruh kader HMI untuk menjawab berbagai masalah yang menimpa bangsa ini. Semoga. **

* Penulis adalah Ketua Bidang Pemberdayaan Umat HMI Cabang Pontianak; Pembelajar di KBI Pontianak

0 komentar: