Selasa, 22 Juli 2008

Mengenang Geertz

Oleh: Syamsul Kurniawan MR, S.Th.I

Pada 31 Oktober 2006, Clifford Geertz meninggal dunia dalam usia 80 tahun. Menurut pengakuannya sendiri, dari usianya yang panjang itu, 10 tahun lebih dihabiskannya dalam penelitian lapangan (di Jawa, Bali dan Maroko) dan 30 tahun digunakannya untuk menulis tentang hasil-hasil penelitiannya, dengan tujuan menyampaikan pesan studi kebudayaan kepada orang lain. Geertz belajar antropologi di Universitas Harvard, pada Departement of Social Relations, yang didirikan oleh Clyde Kluckhon, bersama beberapa tokoh lainnya, menulis disertasinya dibawah bimbingan Cora DuBuois, berdasarkan penelitian yang beliau lakukan di Jawa pada tahun 1952 dan menyelesaikan S-3 nya pada 1956 dengan disertasi yang diterbitkan dalam sebuah buku berjudul The Religion of Java.

Geertz semakin terkenal dan popular di Indonesia karena penelitian yang dilakukannya di Jawa dan Bali, menghasilkan beberapa buku penting tentang Indonesia. Pokok kajian meliputi agama Jawa, politik aliran (abangan, santri, priyayi), watak perkotaan di Jawa sebagai hollow town dan bukannya solid town, perbandingan Indonesia dan Islam Maroko (antara the scope religion dan the force religion), perbandingan antara etos dan praktik perdagangan di Jawa dan Bali (antara individualisme pasar dan rasionalisme ekonomi di pihak lain), politik klasik di Bali yang dirumuskannya sebagai theatre state serta apa yang ditinggalkan oleh Hinduisme dalam praktik keagamaan di Jawa dan Bali. Bahasan karya-karya Geertz itulah yang menurut penulis membuat beliau penting di Indonesia. Dan yang khas dari pandangan-pandangan Geertz tentang hal ini, agaknya adalah soal pandangan hidup dan etos.

Agama memuat ide dan kepercayaan-kepercayaan tentang dunia dan satu kecenderungan untuk merasakan dan berbuat sesuai dengan ide dan kepercayaan. Menurut Geertz, pandangan dan etos adalah saling terkait dan saling mendukung. Etos disebutnya sebagai aturan-aturan, nilai, kesadaran, estetika, sifat dan emosi-emosi. Pengalaman dan ekspresi keagamaan masyarakat dengan demikian amat erat kaitannya dengan kontekstualitas dan di mana pemahaman agama itu dibangun.

Dalam bukunya, Islam Observed, Gertz menjelaskan secara panjang lebar tentang etos, perbedaan nilai dan perasaan-perasaan yang muncul dalam kedua kebudayaan yang berbeda, yaitu masyarakat Maroko; yang sangat aktif dan agresif dengan masyarakat Indonesia yang pasif dan dinamis. Tapi sayangnya, dari pengamatan-pengamatan Geertz, kita tidak menemukan uraian Geertz terhadap pandangan hidup Islam. Seperti keyakinan terhadap Allah, kelima rukun Islam dan doktrin tentang kiamat. Ini pernah dikritik oleh Hendry Murson Jr. Misalnya dalam tulisannya yang lain, Geertz mendiskusikan perayaan Rangda dan Barong di Bali. Pada saat itu, Geertz dengan panjang lebar mendiskusikan tentang etos masyarakat Bali, sebuah kombinasi antara perasaan yang dipenuhi oleh horor dan kegembiraan, penuh rasa takut sekaligus komedi yang menggelikan selama berlangsungnya perasaan ini.

Walaupun demikian Geertz sudah berperan besar dalam mengisi teori-teori antropologi. Geertz mempunyai pandangan bahwa kumpulan pemikiran subjektif dari orang-orang dapat dibangun untuk memperoleh keseluruhan pemahaman pada sebuah objek yang sedang diteliti, termasuk agama. Geertz berkeyakinan pengalaman atau ekspresi keagamaan sejatinya muncul dari kemampuan seseorang dalam mengkonstruk ekspresi mereka, yang disebut Geertz sebagai sistem simbol.

Seperti yang diuraikan Marilyn R. Waldman dalam Primitive Mind/ Modern Mind: New Approaches to an Old Problem Applied to Islam (1985) bahwa pemikiran Geertz agaknya memberikan revisi dengan membuat kerangka konseptual yang dapat diterapkan pada dinamika situasi kultur atau budaya manapun dan yang tidak mengimplikasikan susunan hirarki evolusioner dari mode of thought yang berbeda-beda. Kerangka konseptual ini melibatkan pengertian agama yang terfokus pada sistim simbol yang dipakai untuk memantapkan suasana hati dan motivasi yang kuat, jangka panjang dan meresap pada diri manusia beragama dengan memformulasikan konsep-konsep tatanan eksistensi secara menyeluruh dan membungkus konsepsi-konsepsi ini dengan aura faktualitas sehingga suasana jiwa dan motivasi secara unik tampak realistik.

Seperangkat simbol keagamaan ini tidak hanya menyediakan 'model untuk' (model for) dunia, yaitu petunjuk untuk hidup di dalamnya, tetapi juga 'model dari' (model of) dunia, suatu penjelasan tentang tatanan yang tampak berurat-berakar dalam struktur alam semesta. Jadi bagi Geertz, agama mengekspresikan dan membentuk dunia di mana manusia hidup di tempat yang berbeda-beda, dengan cara yang fundamental dan ultim. Memakai pengertian agama semacam ini, seorang pengamat dapat mendekati situasi apapun dalam bahasanya sendiri. Perubahan dalam mode of thought keagamaan, yang dikedepankan Geertz menurut Marilyn dapat dijelaskan oleh semua perubahan kultur dan material yang lebih luas sehingga dapat mempengaruhi kontruksi sosial sistim simbol.

Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, melalui pemikiran Geertz ini, dengan demikian juga bagian dari sistim simbol. Maksudnya, dalam usaha menerjemahkan Islam dalam konteks sosial-politik di masa hidupnya, Nabi tentu banyak menghadapi keterbatasan. Nabi Muhammad SAW memang berhasil menerjemahkan cita-cita sosial dan spiritual Islam di masa hidupnya, tapi Islam sebagaimana diwujudkan di sana adalah Islam historis, partikular dan kontekstual. Kebutuhan akan Islam saat ini tentu saja berbeda dengan kebutuhan akan Islam pada saat agama ini muncul.

Umat Islam harus berani berijtihad mencari formula baru dalam menerjemahkan nilai-nilai itu dalam konteks kehidupan mereka sendiri. Islam di tempat kelahirannya Arab, adalah salah satu kemungkinan menerjemahkan Islam yang universal di muka bumi. Dengan demikian pula, ada kemungkinan menerjemahkan Islam dengan cara yang lain, dalam konteks yang lain pula. Islam di tempat kelahirannya Arab adalah one among others, salah satu jenis Islam yang hadir di muka bumi. Bukankah demikian? *

*) Penulis Tinggal di Pontianak, tengah menempuh studi S-2 di Program Magister (S2) Pendidikan Islam di Kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

0 komentar: