Minggu, 29 Juni 2008

Pilkada; Pilihlah AKU

Oleh : Aspari Ismail

JUDUL tulisan ini lahir dari inspirasi sebuah lagu yang dilantunkan oleh penyanyi terkenal, Krisdayanti. "Pilihlah Aku jadi Pacarmu". Demikian lirik lagu yang sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Hampir semua kalangan, orangtua, anak baru gede (ABG), dan bahkan anak kecil pun sudah banyak yang fasih menirukannya.

Bila lirik lagu ini dinyanyikan oleh para kandidat calon Bupati yang akan bersaing pada arena pemilihan kepala daerah (Pilkada) nanti, maka lagu tersebut berubah liriknya menjadi "Pilihlah Aku jadi Bupatimu". Tentu saja ungkapan kata tersebut keluar dengan penuh kesungguhan hati, dengan harapan agar rakyat pada saat memberikan suaranya nanti memilihnya sebagai Bupati. Sebab Pilkada yang pertama kalinya digelar ini mengisyaratkan bahwa rakyatlah yang menentukan calon pemimpin yang dianggap mampu, untuk menduduki kursi nomor satu di kabupaten yang melakukan Pilkada.

Terlepas dari segala dinamika yang muncul dalam pelaksanaan Pilkada, yang jelas para kandidat yang sudah menyatakan bersedia untuk dicalonkan oleh partai, ataupun mencalonkan diri sendiri untuk maju menjadi kandidat -meskipun rela pulang kampung- tentu sudah bersiap-siap mengatur strategi, menyiapkan tim sukses agar menjadi pemenang dalam pertarungan Pilkada. Tim sukses yang dibentuk pun tentu bekerja dengan mengharapkan imbalan, minta dengan calon Bupati, nanti jika terpilih, memasukkan mereka dalam "kabinet" Bupati. Menunjuk mereka jika ada proyek, dan lain-lainnya. Intinya mereka (baca: tim sukses) bilang "Pilihlah Aku jadi Orang dekatmu".

Setiap kandidat tentu sudah pasti siap menang, tetapi jika kalah mereka akan menangis. Karena banyak uang yang telah dikeluarkan untuk mencari simpati kepada rakyat, membayar tim sukses, dan sebagainya demi mewujudkan keinginan menjadi Bupati. Mereka (baca: kandidat kepala daerah) akan menuai kekecewaan jika tujuan menjadi Bupati hanya untuk memuaskan ambisi pribadi. Jika keinginan menjadi Bupati diniatkan untuk melakukan perubahan, melayani masyarakat, walaupun tidak terpilih, saya yakin kadar kekecewaannya sedikit. Sebab untuk mengabdikan diri untuk melayani masyarakat tidak mesti jadi Bupati. Banyak cara lain yang dapat dilakukan agar menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Tidak menjadi Bupati bukan berarti kiamat, kan?

Sebagai rakyat yang memiliki kedaulatan untuk menentukan pilihan, sudah saatnya melakukan persiapan. Sebab waktu lima menit di tempat pemungutan suara akan menentukan wajah daerah selama lima tahun yang akan datang. Tajuk Editorial Pontianak Post, 30 April 2005, mengajak kepada para pemilih untuk mendewasakan diri bahwa money politics adalah umpan yang akan menyengsarakan. Saatnya rakyat aktif untuk peduli mengawasi proses demokrasi, sehingga sebagai rakyat kita tidak terus menerus diperdaya oleh kepentingan sesaat. Rakyat hendaknya memilih calon yang benar-benar mempunyai kemampuan untuk memimpin rakyatnya.

Tanpa bermaksud menggurui, dalam menentukan pilihan calon kepala daerah, rakyat setidaknya mesti mengenal calon kepala daerah tersebut dengan kriteria AKU. Kata "AKU" bukan dimaksudkan pada person (orang), tetapi merupakan akronim dari Amanah, Komitmen, dan Unggul.

Pemimpin yang dipilih harus Amanah (dapat dipercaya). Pemimpin yang amanah menganggap bahwa terpilihnya dia sebagai pemimpin merupakan kepercayaan masyarakat yang tidak boleh dinodai. Apapun yang dikerjakan harus dipertanggung-jawabkan kepada rakyatnya maupun kepada Tuhannya. Sehingga dalam memimpin dia akan berlaku adil kepada setiap warganya. Tanpa membedakan agama, suku, dan sebagainya. Mendahulukan kepentingan publik ketimbang kepentingan keluarga, tim sukses, dan partai yang mengusungnya. Membela masyarakat yang terpinggirkan dan tidak mengistimewakan orang-orang yang punya modal besar. Jangan kita memilih pemimpin yang angkuh, sebab jika mereka terpilih pasti akan melupakan rakyatnya.

Kemudian pemimpin yang kita pilih harus mempunyai Komitmen untuk melakukan perubahan dan memajukan daerahnya. Apalagi dari enam kabupaten yang melakukan Pilkada ada tiga kabupaten baru. Pemimpin yang konsisten terhadap janjinya kepada masyarakat untuk melakukan perubahan, menegakkan kebenaran, memerangi dan membunuh virus Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), yang melekat ditubuh pemerintahannya. Pemimpin seperti ini akan bersungguh-sungguh untuk mensejahterakan rakyat. Janjinya bukan hanya sekedar pemanis bibir.

Selanjutnya pemimpin yang dipilih mesti Unggul. Unggul dalam keilmuannya (cerdas), unggul dalam kemampuannya, unggul dalam tingkah-lakunya. Pemimpin hendaknya bisa kita jadikan panutan yang memiliki keunggulan-keunggulan tersebut. Jangan memilih pemimpin yang tidak berilmu, tidak memiliki kesanggupan untuk memimpin, dan tidak mempunyai perilaku yang terpuji.

Pilkada sudah didepan mata. Saatnya rakyat mulai membidik, meneropong, dan mengenal calon kepala daerah yang akan menjadi pemimpin. Rakyat jangan sampai terhipnotis, terlena, dan terbuai dengan janji-janji manis yang dihidangkan oleh kandidat. Sebab, tidak jarang pada saat sebelum mendapatkan apa yang diinginkannya, orang bisa menyulap dirinya menjadi orang yang paling baik, paling dermawan, paling perhatian, dan paling ... lainnya. Hati-hati jangan sampai kita tertipu. Semoga Pilkada di Kalbar ini dapat berjalan lancar tanpa disertai dengan kekerasan dan berhasil memilih pemimpin yang dapat melakukan perubahan yang lebih baik.

(Penulis Mantan Wakil Presiden BEM STAIN Pontianak dan Mantan Sekretaris Umum HMI Cabang Pontianak)

0 komentar: