Kamis, 03 Juli 2008

Gawat Darurat Pendidikan Kita

Oleh : Viryan Azis, SE, MM

MARAKNYA peristiwa ironi pada anak didik dan orang tua yang tak mampu untuk memenuhi kebutuhan sekolah akhir-akhir ini menunjukkan betapa masalah kepedulian sesama anak bangsa bukan lagi menjadi penting, melainkan sudah pada tahap gawat darurat. Contohnya, Heryanto (14 tahun) siswa SD muara sanding II Kab. Garut, Agustus 2003 mencoba bunuh diri hanya karena biaya SPP Rp. 2.500. Sementara Awang Aditya, siswa kelas 4 SD di Yogyakarta gantung diri hanya karena malu dan takut sekolah karena tidak memiliki seragam sekolah dan masih banyak kasus lainnya yang telah terjadi dan menggoreskan tinta duka pada potret pendidikan bangsa. Kita sendiri meyakini terdapat Heryanto dan Awang Aditya lain di Kota Pontianak yang juga mendapatkan derita dan kenyataan pahit akan kondisi ketakberdayaan hingga terjerembab menjadi putus asa.

Realitas ini juga menjadi kenyataan pahit betapa tali kepedulian dan kebersamaan kita semakin longgar, bila bukan dikatakan putus. Pilihan bunuh diri pelajar Heryanto dan Awang Aditya tidaklah semata-mata persoalan individual belaka, melainkan juga mencerminkan rapuhnya kehangatan sosial kita yang terjadi karena banyak sebab. Bicara sebab tentunya akan bermuara pada dua hal, mencari secara tepat atau kambing hitam para pihak yang bertanggung jawab atau berkaca diri sambil menghitung-hitung besaran amal yang telah kita keluarkan, baik dalam bentuk sejumlah nominal rupiah, amal kebijakan yang berpihak pada kaum papa secara nyata, mendorong adanya dana sosial perusahaan yang terkelola dengan efektif, amal kerja yang amanah, menjadi orang tua asuh atau bentuk lainnya.

Sebagian dari kita sering merasa betapa beban hidup yang kita jalani ini sungguh besar hingga sulit rasanya untuk berbagi, sebagian lagi merasa cukup dengan memberi sisa-sisa penghasilan. Kadang kita menghitung kepedulian tersebut dalam bentuk sebatas melepas kewajiban atau peduli yang justru melestarikan kemiskinan karena secara nyaris permanen kita menyantuni orang yang sama secara berkala, padahal Rasulullah SAW telah memberi teladan menyantuni untuk kemandirian dhuafa.

Pada bagian lain, hadirnya sekolah-sekolah berkualitas dengan biaya mahal mengekalkan betapa pendidikan kini berada pada kuadran kalkulasi untung rugi secara mencolok. Meski demikian adalah hak setiap orang tua untuk menjamin pendidikan anaknya berkualitas dari sejumlah aspek. Namun, tidak sedikit juga pada akhirnya sekolah berkualitas yang justru meminggirkan kualitas-kualitas nilai dan sikap tertentu dari anak didik. Ini malah menjadi potensi destruktif masa depan yang semakin bahaya. Disisi lain cukup banyak anak yang terancam mati dari pendidikan disisi lain banyak anak yang terbunuh potensi positifnya justru dari beragam fasilitas yang berlebihan. Apakah ini dampak dari putusnya solidaritas sosial?. Ataukah memang ini konsekwensi yang harus terjadi dari carut marutnya dunia pendidikan kita?. Namun yang pasti, disekitar kita masih cukup banyak calon Heryanto dan calon Awang Aditya lain, mari kita cegah mereka putus asa. Ayo tanggulangi bersama dunia pendidikan kita yang kini dalam kondisi darurat.

Saluran Kepedulian

Pendidikan menjadi keyakinan Dompet Ummat sebagai salah satu bentuk wahana pengentasan kemiskinan bagi kaum dhuafa, dengan manajemen program yang direncanakan secara sistemik dan dikelola penuh kesungguhan dengan dedikasi untuk memandirikan penerima program. Untuk itu Dompet Ummat selama bulan Juni-Juli 2007 menggelar bulan galang dana pendidikan yang akan disalurkan mulai bulan Agustus 2007 dengan sejumlah program pendidikan, antara lain :

1.Program Paket Pendidikan Siswa, yaitu program pemberian paket bantuan sekolah untuk siswa miskin di Kota Pontianak dan sekitarnya. Terdapat tiga pilihan paket yang dapat dipilih oleh donatur.

2.Program BeaSkripsi yang diperuntukkan bagi mahasiswa berprestasi yang terkendala penyelesaian skripsinya karena masalah biaya. Program ini merupakan kali kedua yang akan diberikan. Kini sejumlah penerima beaskripsi telah dapat selesai studinya dan bekerja pada sejumlah perusahaan dan lembaga.

3.Program Beasiswa untuk mahasiswa PTN yang mengalami biaya dalam menempuh pendidikan S1. Setiap penerima program akan mendapatkan dana setiap bulan yang disertai dengan pembinaan secara berkala.

4.Program BeaPelajar yang diberikan untuk siswa dhuafa di kota Pontianak. Program ini bersifat kesinambungan, yaitu setiap penerima program akan mendapat dana setiap bulan serta pembinaan setiap dua minggu sekali guna memberikan bekal yang sesuai dengan kebutuhannya.

Orientasi program tersebut, selain program paket pendidikan siswa, ditujukan untuk mendorong kemandirian penerima program setelah selesai menyelesaikan studinya. Setiap penerima program akan dibina dengan difasilitasi untuk peningkatan kualitas iman dan takwa, penguatan kepribadian, peningkatan keterampilan dan bentuk lainnya sesuai dengan kapasitas penerima. Program ini juga sesuai untuk perusahaan yang ingin menyalurkan dana CSR atau Comdev atau dana sosialnya yang bertujuan bukan untuk melestarikan kemiskinan, melainkan untuk membangun potensi kemandirian penerima program. Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi Kantor Dompet Ummat : Jalan Tanjung Sari No. 40 - Telepon 0561-735978 atau kontak person Duin 0561-7032360.**

*) Penulis adalah Pengelola Dompet Ummat

0 komentar: