Selasa, 22 Juli 2008

Menuju Pilwako, Wujudkan Pontianak Kota Bersinar

Oleh: Syamsul Kurniawan MR*)

Pemilihan walikota Pontianak tahun 2008 tidak lama lagi akan digelar. Hiruk-pikuk masyarakat Kota Pontianak dan ragam pembicaraan soal siapa kandidat yang hendak didukung nanti agaknya menunjukkan bahwa proses demokrasi sudah mulai berjalan dengan baik di kota ini. Tentunya tidak berdosa berbicara dan berdiskusi panjang lebar soal demikian, dan begitujuga tidak berdosanya kalau warga Kota Pontianak punya harapan banyak soal kepemimpinan walikota Pontianak yang nantinya terpilih. Lantas, seperti apa figur pemimpin yang ideal memimpin Kota Pontianak ke depan?

Sebagaimana yang semua kita tahu, Kota Pontianak yang berumur sangat tua ini disamping dijuluki Kota Khatulistiwa, Kota Pontianak juga disebut sebagai Kota Bersinar, yaitu kota yang bersih, sehat, indah, aman dan ramah. Dan ironinya, menjadi Kota Bersinar yang menjadi cita-cita dari kota ini, sampai sekarang belum terwujud. Karena itu, menurut penulis, seorang calon walikota ke depan tidak usah punya janji muluk-muluk. Sederhana saja, kalau calon walikota Pontianak bisa mewujudkan Kota Pontianak sebagai Kota Bersinar, beliaulah figur ideal yang membawa perubahan besar bagi Kota Pontianak yang kita sayangi ini.

Selanjutnya apa saja tafsiran yang harus dilakukan untuk mewujudkan Pontianak sebagai Kota Pontianak itu? Pertama, mewujudkan Kota Pontianak yang bersih. Memang benar, di tahun 1993 penghargaan Adipura disabet kota ini. Tapi adakah penghargaan itu bisa dijadikan patokan bahwa Pontianak betul-betul bersih? Rasa-rasanya tidak. Sungai Kapuas sudah mulai tercemar, belum lagi sampah di mana-mana, di beberapa sudut kota yang menuntut penanganan secara serius. Pontianak yang bersih adalah yang diidamkan warga Kota Pontianak. Tapi tidak berhenti sampai di sini, Pontianak juga harus bersih dari kotoran-kotoran buta huruf karena tidak dinafikan kalau angka putus sekolah di ibukota Kalimantan Barat ini juga relatif tinggi. Tingginya biaya pendidikan, terutama perguruan tinggi dengan mutu biasa-biasa saja juga harus dicarikan solusinya. Pendidikan gratis agaknya menjadi idaman seluruh pelajar/ mahasiswa di Kota Pontianak.

Kedua, kota Pontianak yang sehat. Di sini, yang menjadi calon atau yang terpilih nanti sebagai walikota Pontianak pastinya harus memikirkan kesehatan warga Kota Pontianak. Peningkatan mutu dan pelayanan di rumah sakit, disamping memberikan perhatian lebih pada pendidikan kedokteran, kesehatan dan keperawatan di Pontianak adalah tuntutan. Bukan saja itu, kita tidak akan menutup mata bahwa warga Kota Pontianak sangat mengharapkan akses pengobatan gratis dengan mutu dan pelayanan yang baik bisa didapat dengan mudah.

Ketiga, mewujudkan kota Pontianak yang indah. Pada aras ini banyak hal yang bisa dijanjikan oleh para kandidat dan selanjutnya diprogramkan oleh para kandidat. Bisa saja pembangunan Pontianak sebagai kota perdagangan dan jasa, yang disitu berdiri megah mall-mall dan semacamnya, membangun Tugu Khatulistiwa menjadi monumen yang luar biasa megah, Kraton Kadriah, Masjid Jami' dan seterusnya. Tapi pastinya janji dan program haruslah terealisasi dan bisa dilihat secara nyata hasilnya oleh warga Kota Pontianak. Tidak sebatas janji dan mimpi--mimpi. Membangun Kota Pontianak yang mana di situ berdiri bangunan-bangunan megah dan moderen sekalipun, belum bisa dikatakan berhasil kalau tidak bisa menjanjikan peluang kerja dan mengurangi jumlah pengangguran di kota ini.

Keempat, kota Pontianak yang aman. Walaupun jumlah kejahatan narkoba dan obat terlarang sudah mulai menurun, itu bukan jaminan kejahatan narkoba dan obat terlarang tidak akan mengalami peningkatan signifikan pada tahun-tahun berikutnya. Karena itu, 'aman' juga berarti bisa menjaga kualitas keamanan sebelumnya. Melihat lalu lintas jalan raya kita, Pontianak juga masih semrawutan. Contohnya saja: menabrak lampu merah yang agaknya bukan sesuatu yang haram dilakukan sebagai pengguna jalan raya, tapi sudah bagian yang lazim di kota ini. Pontianak juga harus aman dari praktik-praktik yang berbau KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme) juga dalam pemilihan calon walikota Pontianak ke depan. Pemilihan walikota Pontianak 2008 harus aman dari bentuk-bentuk demikian karena pemilihan tersebut adalah tangga menuju pemerintah kota Pontianak yang bersih dan baik. Selanjutnya, Pontianak juga harus aman dari bentuk-bentuk konflik antar warga dan etnis mengingat betapa pluralnya warga Pontianak saat ini.

Kelima, mewujudkan Pontianak yang ramah. Inilah syarat terakhir mewujudkan Pontianak menjadi kota yang diidam-idamkan. Pontianak bukan saja mempunyai potensi sebagai kota perdagangan dan jasa, tapi Pontianak juga mempunyai potensi sebagai kota kunjungan wisata dalam dan luar negeri. Keberadaan tugu khatulistiwa dan peninggalan kerajaan Pontianak merupakan alasan itu. Karena itu, untuk mewujudkan Pontianak yang bukan saja sebagai kota perdagangan dan jasa, calon walikota Pontianak juga memiliki peran dalam menumbuhkan sikap ramah itu yang bisa teraktualisasikan secara nyata oleh warga kita.

Pada akhirnya, sudah saatnya Kota Pontianak jauh lebih baik dari sekarang ini. Mewujudkan Kota Pontianak sebagai Kota Bersinar adalah suatu cita-cita yang sederhana dan tentunya sulit dilakukan oleh calon pemimpin atau pemimpin yang biasa-biasa saja. Butuh kemampuan memimpin dan komunikasi yang baik dengan warganya, seperti pandangan Hannah Arendt (1970), bahwa kekuasaan merupakan media untuk menciptakan relasi yang baik di antara anggotanya, agar tercipta sebuah realitas kehidupan yang berkualitas. Sehingga, aksi yang dibutuhkan dalam kekuasaan adalah aksi yang harmonis. Suatu aksi yang komunikatif.

Mudah-mudahan calon walikota Pontianak atau yang terpilih ke depan adalah pasangan yang betul-betul memiliki komitmen untuk mewujudkan cita-cita Kota Pontianak sebagai Kota Bersinar dengan kepemimpinan yang baik, agamis dan bertanggung-jawab. Amin. **

*) Penulis adalah warga Kota Pontianak.

0 komentar: