Kamis, 03 Juli 2008

ORANG TUA MESTI HATI-HATI BERLAKU KERAS TERHADAP ANAKNYA

Yoerilma Dewi

Anak adalah generasi penerus yang seharusnya menjadi kewajiban orang tua dan seluruh masyarakat untuk melindunginya. Namun kenyataannya, kekerasan terhadap anak (child abuse) kerap terjadi, malah semakin memprihatinkan. Yang lebih menyedihkan lagi, terkadang orang tua atau kerabat atau orang terdekat yang menjadi pelaku kekerasan tersebut.
Salah satu faktor yang membudaya adalah, bahwa selama ini ada fenomena yang menganggap bahwa perilaku keras yang cenderung mengarah kepada kekerasan terhadap anak adalah hal yang biasa dalam rumah tangga.

Kemudian perilaku ini dianggap kewajaran yang tidak menjadi masalah malah harus dilakukan orang tua untuk menindak anak-anaknya. Alasannya beragam, mulai dari supaya anak tidakmenjadi nakal, memberi pelajaran agar tidak bandel dan sebagai cara atau metode agar anak menjadi patuh. Pertanyaannya apakah yang didapat oleh rang tua adalah kepatuhan karena segan dan wibawa orang tua atau ketakutan.Dalam beberapa kasus malah ini cenderung membahayakan secara psikis bagi anak. Anak yang terbiasa hidup dalam suasana yang akrab dengan kekerasan, maka alam bawah sadar mereka juga sudah mulai mengendapkan perilaku kekerasan tersebut yang bisa melahirkan kekerasan-kekerasan berikutnya di dalam hidup mereka.
Tindakan kekerasan anak yang terjadi selama ini dianggap sebagai pembelajaran bagi anak-anak yang dianggap bandel dan nakal dengan alasan untuk menjerakan anak agar tidak melakukan kesalahan. Padahal sebetulnya hal tersebut malah akan menjadi pembelajaran anak untuk bersikap agresif dalam menghadapi masalah. Anak merupakan makhluk yang masih polos, sehingga apa yang mereka lihat, mereka dengar, dan mereka rasakan baik positif maupun negatif dapat mengisi alam bawah sadarnya, sehingga anak akan meniru perilaku tersebut. Anak-anak akan berperilaku sama apabila mengalami hal serupa. Kalau itu terjadi maka hanya akan menjadi mata rantai yang tak terputus, sehingga akan tercipta generasi yang sama untuk merespon kondisi yang dapat menekannya hingga pola perilaku tersebut menjadikan suatu warisan dan membudaya.
Sekali lagi, perlu diketahui dan dipahami bersama, bahwa kenyataan yang harus dihadapi oleh anak yang menjadi korban kekerasan ini akan mengganggu psikisnya. Anak akan menyimpan semua peristiwa yang diingatnya dalam alam bawah sadarnya hingga terbawa saat dewasa. Anak yang mendapat perlakuan kejam dari orang tuanya akan menjadi sangat agresif dan setelah dewasa nanti dalam perannya masing-masing akan timbul keagresifannya yang diluapkan pada anak-anaknya (Pelzer Dave, 2005). Danti Ratna Widyastuti seorang psikolog perkembangan,menyatakan bahwa orang tua yang agresif cenderung akan melahirkan anak yang agresif pula karena gangguan mental ada hubungannya dengan perlakuan buruk yang diterima seseorang ketika masih kecil.
Oleh karena itu, perlu promosi bersama, agar kekerasan janganlah menjadi perilaku yang ditonjolkan dalam upaya mendidik dan membina anak. Karena dampaknya terhadap perkembangan generasi penerus ini hanya akan melahirkan generasi-generasi yang cinta kekerasan.
Wallahu’alam.

Mahasiswi STAIN Pontianak

0 komentar: